Pernahkah kita tersadung tanpa terluka? walau hanya merah di luar tapi bisanya merintih di dalam... apabila hasrat datang ingin berkata-kata, tidak semudah seperti yang menduga... insan di dalam dunia ibarat ratu di atas mahligai, penuh keindahan dan ketaatan, penuh ucapan dan puji-pujian... dilihat jelata seorang yang penuh kekentalan, memberi semangat kepada semua yang kesusahan...
Di saat dia keseorangan dengan
kesedihan, lahirlah wajah lemah tanpa sinaran... tutur katanya sedu
mencari sentuhan, terpancar delima dengan keluhan... mengalirlah permata
di saat hati resah, mencari pertolongan mengasuh kecewa... betapa
lemahnya dirinya di saat itu, tidak terdetik matanya walau di seru..
Dia seorang yang mencintai
keindahan, dia seorang yang menginginkan kekuatan, dia seorang yang kuat
mencari kebenaran, dan dia seorang yang mengharapkan petunjuk dari
kelemahan... tatkala air matanya mengalir lembut di pipi, si pencerita
menulis kisahnya.. mendengar keluhan si pari-pari yang lemah di kala
harinya penuh ketandusan...
Di
sebalik amarahnya terselit liang-liang keanakan, mencerminkan
keperibadian seorang yang mencari tempat untuk bermanja.. perjalanan
hidupnya ibarat angin yang berubah menjadi bayu, antara lautan dan
daratan, hari-harinya penuh dengan dugaan mencari kebenaran... tanpa
berkata si pencerita selalu meneka, adakah dia kesedihan dan memerlukan
belaian? apakah kisah yang perlu si pencerita ceritakan?
Sepanjang
perjalanan hidup melakar pedoman, menjadi ilham memberikan
kesungguhan... dengarlah wahai si pari-pari kesayangan, jangan di rintih
rindu berpanjangan... pasir beribu tak terbentuk hanya dengan deruan
ombak di pantai, kasih takkan terbuku dengan hanya sumpah si cerdik
pandai... berkatalah dengan kata yang penuh telus dan halus, seperti
nipisnya sutera ditembusi cahaya.. janganlah ada penghalang yang dapat
menghalang dari kejujuran terucap di setiap penjuru lidahmu...
berkatalah dengan kata yang baik dan indah, seperti suratan hati yang
membawa kebenaran... tanamkanlah sifat yang suci seperti mereka adalah
insan yang diredhai, mencintai seperti diri yang ingin dicintai...
lepaskanlah diri yang dibelengu dengan ketenangan memikirkan
kebijaksanaan, ketandusan yang diganti dengan kedamaian... fikirlah
dengan akal yang tercipta dari sebaik-baik benak fikiran, mengingati
kesedaran disegenap pelusuk kata hati... di situlah tertanamnya sesuatu
yang hanya boleh ditafsir oleh si empunya pari-pari, tatkala si
pencerita hanya sekadar berkata dengan hasrat mengingati.....
Apabila
si pari-pari memberikan senyuman, si pencerita mentafsir kisah di
sebaliknya... senyumnya pengubat racun tertusuk, pengubat lelah di panas
terik.. seperti hilangnya sengatan diganti secupak madu, memberi manis
selepas pahitnya seperti hempedu...
Di hari siangmu janganlah selalu beradu mimpi, di langkah jalanmu
janganlah selalu menunggu sepi.. perjalanan yang masih jauh perlu
diharungi, menanti pasti dengan setiap kata dan janji... tetapkanlah
hati dengan kejujuran, teguhkanlah diri dengan kesopanan...