Online Diary ztyrsln

Syair Si Pari-pari

Demi apa lidah berkata, demi apa hati bertanya.. demi cinta jangan tak setia, demi masa janji dikota... Perjalanan yang singkat menemukan titik permulaan di sudut hati yang tidak pernah terbuka, perjalanan yang hampir jatuh disebalik arus ketenangan yang dirasa cukup untuk ditelan, namun terserlah hanya andaian si pencerita seorang yg tidak berteman... langkah yang terhenti membuka seribu persimpangan yang menanti... dan demi takdir yang telah ditulis hanya Dia yang mengetahui...

Di kala saat bulan mencerahkan daratan, langit memainkan bunyian, maka lantas lautan memantulkan keinginan... dan hampir pasti dapat menerangi pencinta malam yang dulu hanya bermimpi, kerana bintang yang sering menghiasi sepenjuru alam selalu berjanji... dan setiap kata renungan sumpah dan sehati, lantas diambil cerita sejarahnya tulus ke lubuk sanubari.. 
 
Detik pertemuan menjanjikan keakraban, tetapi tidak mengisahkan keutuhan... namun ikatan yang tidak dilihat selalu mentafsir keyakinan... kerana Dia telah memberi harapan dengan doa dan kesungguhan... mengapa perlu berkata dusta sedangkan lidah menghunus tajam mengelak derita.. mengapa perlu melontar madu sedangkan bunga telah disiram akarnya... tetapi si pencerita tetap menulis bermatakan hati berlidahkan kemaafan... menanti petunjuk mengharapkan pedoman...
 
 Hari demi hari dinanti bertanyakan hasrat kecil, hanya tertanya di manakah kaki ini berdiri... adakah mampu menuai saat membuah, adakah kelu manisnya sehingga tak lerluah... senyuman hampir menunggu pasti, jelingan khuatir dibalas janji... kata2 ini ikhlas diberi tanpa dibalasi, menangis tersenyum dulu yang hanya menyepi... riak wajah langkah tersusun sendiri, memberi ilham si pencerita merawat diri...

Dia adalah sekalung penyejuk amarah diri, dia adalah separuh jiwa yang dulu lemah kini berdiri, dia adalah kata-kata yang penuh janji, dan dia adalah lunas-lunas yang mengotakan apa yang telah dihajati... tatkala hampir jatuh lemas di dalam air mata sendiri, namun lautan di dalamnya ada yang menasihati, memberi nafas untuk direnangi, sehingga kaki melutut sambil menginsafi...
dan kepadaNya juga yang selalu memaafi...
 
Seperti yang terbuku terpateri, aku cuba memberanikan diri... memberi janji yang akan kupasti, menanti hujah penyejuk dihati... terbilang hari terdetik menyusuri, tertunggu cari hadiah diberi, akan ku panjat syukur ilahi, mudahkan petunjuk pada Kau yang memberi...

Demi yang mengutuskan engkau dengan kebenaran, aku mencintainya...

 

PENA SI PENCERITA

Bagaimana jika ada hati yang bersuara tapi tak ada rasa yang memandang.. bagaimana jika ada degupan yang mendengar tapi tak ada sentuhan yang membalas...? Bagaimana pula jika ada cinta yang ditafsir tapi tak ada sayang yang merungkai...
Perjalan ini hanya sekadar menyusun keiginan hati yang kecil dan terabai namun tetap ia sebuah cerita dari kisah si pencerita yang mengimpikan si pari2.. betapa jauhnya rasa ketandusan diri menagih cinta si pari2 seolah pertemuan itu terlalu jauh umpama mimpi di dalam mimpi...
Bagaimana kisah ini terjalin? Ia muncul tanpa rasa diduga, ia mekar disaat tertutup kelopak mata... ia meresap disaat hati tergoda, ia kekal disaat cinta dikata... Pada masa si pencerita menghuraikan ayat2nya, si pari2 memberikan seribu cerita... lantas tangan tidak terhenti melakar kisah di sebalik pena, menghurai setiap satu apa yang tersirat, dan terbaca setiap apa yang tersurat...
Setiap insan adalah sama setiap langkahnya, cuma di garisan itu terungkailah siapa diri bila tapak akhir terhenti... Ia juga menjanjikan satu suasana seindah syurga walau tidak pernah dirasa, tapi Dia memberikan pentunjuknya untuk dilalui bersama.. Malah lebih manis bila bersama dengan insan yang didamba, mengecapi impian dan keinginan setiap makhluk yang bernyawa...



p/s: cari bantal tak jumpa

Tangis tiada berair mata


Pernahkah kita tersadung tanpa terluka? walau hanya merah di luar tapi bisanya merintih di dalam... apabila hasrat datang ingin berkata-kata, tidak semudah seperti yang menduga... insan di dalam dunia ibarat ratu di atas mahligai, penuh keindahan dan ketaatan, penuh ucapan dan puji-pujian... dilihat jelata seorang yang penuh kekentalan, memberi semangat kepada semua yang kesusahan... 

Di saat dia keseorangan dengan kesedihan, lahirlah wajah lemah tanpa sinaran... tutur katanya sedu mencari sentuhan, terpancar delima dengan keluhan... mengalirlah permata di saat hati resah, mencari pertolongan mengasuh kecewa... betapa lemahnya dirinya di saat itu, tidak terdetik matanya walau di seru..

Dia seorang yang mencintai keindahan, dia seorang yang menginginkan kekuatan, dia seorang yang kuat mencari kebenaran, dan dia seorang yang mengharapkan petunjuk dari kelemahan... tatkala air matanya mengalir lembut di pipi, si pencerita menulis kisahnya.. mendengar keluhan si pari-pari yang lemah di kala harinya penuh ketandusan...
 
Di sebalik amarahnya terselit liang-liang keanakan, mencerminkan keperibadian seorang yang mencari tempat untuk bermanja.. perjalanan hidupnya ibarat angin yang berubah menjadi bayu, antara lautan dan daratan, hari-harinya penuh dengan dugaan mencari kebenaran... tanpa berkata si pencerita selalu meneka, adakah dia kesedihan dan memerlukan belaian? apakah kisah yang perlu si pencerita ceritakan? 

Sepanjang perjalanan hidup melakar pedoman, menjadi ilham memberikan kesungguhan... dengarlah wahai si pari-pari kesayangan, jangan di rintih rindu berpanjangan... pasir beribu tak terbentuk hanya dengan deruan ombak di pantai, kasih takkan terbuku dengan hanya sumpah si cerdik pandai... berkatalah dengan kata yang penuh telus dan halus, seperti nipisnya sutera ditembusi cahaya.. janganlah ada penghalang yang dapat menghalang dari kejujuran terucap di setiap penjuru lidahmu... berkatalah dengan kata yang baik dan indah, seperti suratan hati yang membawa kebenaran... tanamkanlah sifat yang suci seperti mereka adalah insan yang diredhai, mencintai seperti diri yang ingin dicintai... lepaskanlah diri yang dibelengu dengan ketenangan memikirkan kebijaksanaan, ketandusan yang diganti dengan kedamaian... fikirlah dengan akal yang tercipta dari sebaik-baik benak fikiran, mengingati kesedaran disegenap pelusuk kata hati... di situlah tertanamnya sesuatu yang hanya boleh ditafsir oleh si empunya pari-pari, tatkala si pencerita hanya sekadar berkata dengan hasrat mengingati.....

Apabila si pari-pari memberikan senyuman, si pencerita mentafsir kisah di sebaliknya... senyumnya pengubat racun tertusuk, pengubat lelah di panas terik.. seperti hilangnya sengatan diganti secupak madu, memberi manis selepas pahitnya seperti hempedu... 
Di hari siangmu janganlah selalu beradu mimpi, di langkah jalanmu janganlah selalu menunggu sepi.. perjalanan yang masih jauh perlu diharungi, menanti pasti dengan setiap kata dan janji... tetapkanlah hati dengan kejujuran, teguhkanlah diri dengan kesopanan... 
 
 

 
Copyright © . All Right Reserved by zatyroslan